Pontianak, — Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) IAIN Pontianak sukses menggelar Workshop Kolaborasi Visual: “Visual Bicara Lewat Editing” pada Sabtu, ( 15/11/2025 ) di area Parkiran FDKI. Kegiatan ini dirancang untuk membekali mahasiswa, terutama angkatan baru, dengan keterampilan dasar desain grafis dan pengenalan aplikasi PixelLab sebagai sarana editing konten digital yang banyak digunakan dalam publikasi kampus.
Workshop ini menghadirkan dua pemateri yang dijadwalkan, yaitu Rifal Ariffandi, S.Sos., CGD, seorang Creative Design Bupati Kubu Raya dan pemegang Sertifikasi BSPN Bidang Desain Grafis, serta Habib Raziq, S.Sos, sutradara muda yang pernah masuk 10 Besar Lomba ILM Se-Nasional 2022. Namun, satu dari dua pemateri tersebut tidak dapat hadir karena alasan tertentu. Meskipun demikian, kegiatan tetap berlangsung efektif dengan penyampaian materi yang terstruktur dan partisipasi aktif dari para mahasiswa.
Sejak pukul 08.00, peserta langsung diajak untuk praktik membuat layout, mengatur tipografi, memilih elemen visual, dan memahami struktur desain yang komunikatif. Suasana pelatihan berlangsung interaktif, terlihat dari antusiasme mahasiswa dalam mengikuti instruksi dan mencoba menyelesaikan desain mandiri melalui perangkat masing-masing.
Di tengah penyampaian materi, pemateri menegaskan pentingnya makna dalam setiap elemen visual yang dipilih.
“Setiap desain harus punya alasan kenapa bentuk, warna, atau tulisan itu dipakai. Desain yang bagus itu bukan cuma enak dilihat, tapi kuat menyampaikan pesan,” ujarnya ketika menjelaskan konsep dasar filosofi visual.
Antusiasme peserta semakin terasa ketika sesi tanya jawab dibuka. Rabitul Adawiyah, sebagai penanya pertama, mengajukan pertanyaan mengenai apakah setiap desain pemateri memiliki filosofi khusus dan berapa kisaran tarif untuk setiap proyek desain. Pemateri menjelaskan bahwa sebagian besar karyanya memiliki konsep visual tertentu agar pesan yang ingin disampaikan bisa lebih kuat. Ia juga menjelaskan bahwa tarif desain bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga nilai yang lebih tinggi tergantung tingkat kesulitan proyek.
Pertanyaan selanjutnya diajukan oleh Suci Agreni, yang ingin mengetahui pengalaman pemateri terkait kritik dari klien dan bayaran tertinggi yang pernah diterima. Pemateri menuturkan bahwa kritik merupakan hal yang wajar dalam dunia desain, terutama terkait warna, konsep, atau gaya visual. Kritik justru membantunya berkembang sebagai desainer. Ia juga menyebut pernah menerima bayaran yang cukup besar untuk proyek branding lengkap, meski nilai tersebut selalu bergantung pada kebutuhan dan permintaan klien.
Workshop kemudian ditutup dengan sesi refleksi sekaligus review karya peserta. Banyak mahasiswa mengaku mendapatkan perspektif baru mengenai cara berpikir seorang desainer profesional.
“Saya pikir desain itu cuma soal warna dan tulisan, ternyata jauh lebih dalam. Ada filosofi, konsep, sampai strategi penyampaian pesan,” ujar salah satu mahasiswa peserta workshop.
Panitia berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan secara berkala. Melalui pelatihan desain menggunakan PixelLab, mahasiswa FDKI diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dan keterampilan editing konten digital yang semakin dibutuhkan dalam dunia publikasi kampus maupun industri kreatif.
Penulis : Riyan